MAKNA IDUL ADHA BAGI KEHIDUPAN

15.13.00

Di kutip dari Risalah Jum’at Edisi 48 (7 Dzulhijjah 1437 H / 9 Sepetember 2016)
Oleh : Abdullah Naufal Bin Subinarko
Idul Adha memiliki makna yang penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari berbagai cobaan Allah SWT.
Makna Idul Adha tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menyadari kembali bahwa makhluk yang namanya manusia ini adalah kecil belaka, betapa pun berbagai kebesaran disandangnya. Inilah makna kita mengumandangkan takbir “Allohu Akbar”. 
2. Menyadari kembali bahwa tiada yang boleh di Tuhankan selain Allah SWT. Menuhankan selain Allah SWT bukanlah semata-mata menyembah berhala seperti di zaman jahiliyah. Inilah makna kita kumandangkan kalimat tauhid “La Ilaha Illallah”.
3. Menyadari kembali bahwa pada hakikatnya yang memiliki puja dan puji itu hanyalah Allah SWT. Maka alangkah celakanya orang yang gila puja dan puji, sehingga kepalanya cepat membersar, bila dipuji orang lain. Namun segera naik pitam, wajah merah, dan jantung berdetak melembung, bila ada yang mencela, mengkritik dan mengkoreksinya. Inilah makna kita kumandangkan tahmid “Wa lillahilhamd”.
4Menyadari kembali bahwa manusia ini ibarat sedang melancong atau bepergian, yang suatu saat rindu untuk pulang ketempat tinggal asal, yakni tempat yang mula-mula dibangun rumah ibadah bagi manusia, Ka’bah, Baitullah. Inilah salah satu makna bagi yang istita’ah (berkemampuan) tidak menunda-nunda berhaji ke Baitullah. Disini pula manusia disadarkan kembali bahwa pada hakikatnya manusia itu satu keluarga dalam ikatan satu keimanan. Siapapun dia dari bangsa apapun adalah saudara bila ia mukmin atau muslim. Tetapi, bila seorang itu kafir adalah bukan saudara kita meskipun dia lahir dari rahim ibu yang sama. Maka orang yang pulang dari haji hendaknya menjadi uswah hasanah bagi warga sekitar, tidak membesar-besarkan perbedaan yang dimiliki sesame muslim, terutama dalah hal yang disebut Furu’iyah.
5. Menyadari kembali bahwa segala nikmat yang diberikan Allah SWT pada hakikatnya adalah sebagai cobaan atau ujian. Apabila nikmat itu diminta kembali oleh yang member, maka manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Hari ini jadi konglomerat, esok bisa jadi melarat dengan hutang bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa, lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa. Kemarin jadi kepala kantor dengan mobil Timor, entah kapan, mungkin bisa jadi humor karena naik sepeda bocor. Sedang nikmat yang berupa harta, hendaknya kita ikhlas untuk berinfaq di jalan Allah SWT, seperti untuk berudhiyah (berqurban).
6. Percayalah, dalam hal harta apabila kita ikhlas di jalan Allah SWT, niscaya Allah SWT akan membalasnya dengan berlipat ganda. Tetapi, jika kita justru kikir, pelit, tamak, bahkan rakus, tunggulah kekurangan, kemiskinan, dan kegelisahan hati selalu menghimpitnya.

Akhirnya Idul Adha dengan berbagai ibadah yang kita laksanakan sekarang ini dapat membangun kembali tidur kita. Kemudian, kita berikhtiar lagi sekuat tenaga untuk memperbanyak amal shaleh sebagai pelebur kesalahan selama ini, dan juga sebagai bekal kita untuk menghadap Allah SWT, Amin.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images